Bab Boujlud, pintu masuk menuju madinah Fes. |
Fes el
Bali (bahasa Arab: فاس البالي) (bahasa Inggris: Old Fes) adalah distrik tertua di Fes, Maroko.
Fes el Bali awalnya didirikan sebagai ibukota Dinasti Idrisiyah antara tahun 789 hingga 808 M. Selain
dikenal karena keberadaan universitas tertua di dunia Fes el Bali, dengan
jumlah penduduk sekitar 156.000 jiwa, diyakini merupakan wilayah urban bebas
mobil terbesar di dunia.
UNESCO memasukkan Fes el Bali ke dalam daftar situs warisan dunia pada tahun 1981 dengan nama Medina Fez. Situs warisan dunia
ini meliputi wilayah urban dan tembok dan juga zona penyangga di luar tembok
yang dimaksudkan untuk menjaga integritas visual tempat ini.
Fes el
Bali merupakan salah satu dari tiga distrik utama di Fes selain Fes Jdid dan Ville nouvelle (kota baru) yang
dibuat oleh Perancis.
Salah satu gang yang tak pernah sepi ditengah madinah Fes |
Pemandangan kota tua atau Old
Medina, Fes. Di sinilah pusat jantung kota Fes yang terkenal dengan sebutan madinatul
'ilm (kota ilmu). Wilayah ini dulu pernah menjadi ibukota Maroko, dan jauh
sebelumnya di abad pertengahan menjadi tempat berlindung kaum Muslim &
Yahudi yang terusir dari Andalusia & Cordoba. Kota ini kemudian menjadi
pusat budaya, pusat pendidikan, dan kini menjadi "spiritual
city" of Morocco. Yang beratap hijau itu adalah Universitas Al-Qarawiyyin,
sebuah perguruan tinggi tertua di dunia yang masih beroperasi sampai sekarang,
berdiri jauh sebelum Oxford lahir.
Suasan magis yang misterius, nuansa spiritual
tersebar di mana-mana sebenarnya! Simbol-simbol yang dipakai, desain zillij dan
warna-warnanya yang tak sembarangan dipilih, sejarahnya yang erat dengan
Andalusia, Festival Tahunan Budaya Sufi, komunitas Al-Qarrawiyyin di masa lalu,
juga para sufi besar yang pernah hadir di sini (Abu Madyan, Tijani, Ibnu
Arabi), standar tata ruangan (fountain, masjid, sekolah, pasar) yang seolah
menyimbolkan suatu falsafah ketuhanan.
Tempat penyamakan kulit, Fes juga terkenal dengan pengrajin kulit |
Menyusuri Old Medina, setiap
sisi kotanya seperti menyeret kita ke masa lampau, kembali ke abad pertengahan
dulu. Orang-orang mengenakan djellaba (itu yang di tengah, berpakaian seperti
kostum Ku-Klux-Klan), bau-bauan seperti "kumin" (bumbu utama masakan
Maroko) di setiap sudutnya, perkusi musik-musik Arab, barang-barang khas Maroko
(tempat ini terbentengi cukup kuat dari cakaran produk-produk Cina), membuat
waktu serasa berhenti di sini.
Menikmati makanan khas Maroko |
0 comments